Rabu, 06 Juli 2011

MENGAPA SNI MENGALAHKAN BOW?

6 komentar
Salah satu tujuan dari perusahaan konstruksi adalah mendapatkan hasil keuntungan yang maksimal dari pelaksanaan pembangunan proyek. Dalam hal ini sangat penting adanya pengelolaan manajemen yang baik khususnya yang berkaitan dengan anggaran biaya, sehingga diperlu dibuat sebuah rencana anggaran biaya proyek yang efisien dan dapat dipertanggung jawabkan. Pada penyusunan anggaran biaya ini terdapat metode perhitungan di antaranya metode BOW dan  SNI. Mengapa selama ini perhitungan rencana anggaran biaya sering digunakan metode SNI? Ada apa dengan metode BOW? Oleh karena itu, penulis akan membahas metode-metode tersebut.

Metode Analisa Perhitungan RAB
            Rencana Anggaran Biaya pembangunan gedung dapat dihitung dengan dua metode, yaitu metode BOW dan metode SNI :

1. Metode BOW
            BOW adalah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan Dir. BOW pada tanggal 28 Februari 1921 nomor 5372 A pada jaman Belanda. Dalam analisa BOW, telah ditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Prinsip yang terdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan untuk  harga satuan pekerjaan bangunan. Dari koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada suatu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan harga material dan upahyang berlaku pada saat itu. (Mukomuko,1985)

Contoh dari perhitungan analisa anggaran biaya dengan metode BOW adalah sebagai berikut :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1.       Bahan
0,96 m³ kerikil                          @ Rp 75.000,00                     = Rp   72.000,00
8,17 zak semen PC 50 kg        @ Rp 56.900,00                     = Rp 484.873,00
0,54 m³ Pasir                            @ Rp 50.000,00                     = Rp   27.000,00 +                                                                                                                                                                                                                               
Jumlah harga bahan                                                                 = Rp 563.873,00

2.      Upah
1,00 tukang batu                     @ Rp 72.900,00                      = Rp   72.900,00
0,10 kepala tukang batu          @ Rp 87.500,00                     = Rp     8.750,00
6,00 pekerja                             @ Rp 45.000,00                      = Rp 270.000,00
0,30 mandor                            @ Rp 65.600,00                      = Rp   19.680,00 +
Jumlah upah                                                                            = Rp 371.330,00

3.      Peralatan
0,4819 concrete mixer             @ Rp 36.480,370                    = Rp 17.579,8900
0,0633 water tanker                @ Rp 117.765,090                  = Rp 7.545,5300
0,4819 concrete vibrator         @ Rp 21.740,010                    = Rp 10.476,5110
1,0000 alat bantu                    @ Rp 2.050,000                      = Rp 2.050,0000 +
Jumlah alat                                                                              = Rp 37.560,931

            Harga satuan 1 m³pekerjaan membuat beton mutu K-225 adalah:
= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan
= Rp 563.873,00 + Rp 371.330,00 + Rp 37.560,93
= Rp 972.763,93

2. Metode SNI
SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 1921, dengan kata lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengan sistem perhitungan dengan menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan dan upah tenaga sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material dan upah yang berlaku di pasaran.

Contoh perhitungan rencana anggaran biaya dengan metode SNI 2008 yaitu :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1.      Bahan :
0,65 m³ Kerikil                        @ Rp 75.000,00                      = Rp   48.750,00
7,42  kg Semen PC 50 kg       @ Rp 56.900,00                      = Rp 422.198,00
0,65 m³ Pasir                           @ Rp 50.000,00                      = Rp   32.500,00 +
Jumlah harga bahan                                                                 = Rp 503.448,00

2.      Upah :
0.275 tukang batu                   @ Rp 72.900,00                      = Rp 20.047,5
0,028 kepala tukang batu        @ Rp 87.500,00                      = Rp   2.450,00
1,65 pekerja                             @ Rp 45.000,00                      = Rp 74.250,00
0,083 mandor                          @ Rp 65.600,00                      = Rp   5.444,8,0 +
Jumlah harga upah                                                                  = Rp 102.192,3

3.      Peralatan :
0,4819 concrete mixer             @ Rp 36.480,370                    = Rp 17.579,89
0,0633 water tanker                @ Rp 117.765,090                  = Rp   7.454,53
0,4819 concrete vibrator         @ Rp 21.740,010                    = Rp 10.476,51
1,0000 alat bantu                    @ Rp 2.050,000                      = Rp   2.050,00 +
Jumlah harga alat                                                                    = Rp 37.560,93

            Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 adalah:
= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan
= Rp 503.448,00 + Rp 102.192,3 + Rp 37.560,93
= Rp 643.201,23
Kesimpulan
·         Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 dengan metode BOW diperoleh  Rp 972.763,93 sedangkan dengan metode SNI 2008 diperoleh Rp 643.201,23
·         Terdapat selisih harga Rp 329.562,70 (perbedaan harga yang cukup besar)
·         Analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 28 Februari 1921, perlu diadakan revisi atau perbaikan. Pedoman tersebut dirasakan sudah tidak relevan lagi karena analisa BOW hanya dapat digunakan apabila pekerjaannya berupa pekerjaan padat karya yang memakai peralatan konvensional serta tenaga kerja yang kurang profesional, sehingga apabila analisa tersebut masih digunakan secara murni mengakibatkan perencanaan biaya menjadi sangat mahal.
·         Untuk mengefisiensi dana pembangunan masih ada metode lain yang dapat digunakan dalam penyusunan anggaran biaya misalkan dengan menggunakan metode SNI.

Daftar Pustaka
1.      Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan.
2.      Mukomoko, J. A. 1987. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW. Gaya Media Pratama. Jakarta.

MENELUSURI JEMBATAN GANTENG PIRAK ACEH BESAR ( Ganteng Pirak Bridge )

0 komentar
             Jembatan Ganteng Pirak ini merupakan jembatan rangka baja (Steel Truss Bridge) yang dibangun oleh USAID. Jembatan Ganteng Pirak (Ganteng Pirak Bridge) terletak di kecamatan Ganteng Pirak pada KM 22,3 Aceh Besar.




Adapun data-data yang diperoleh yaitu:
-         Panjang bentang (L)                      =  2 x 40 m
-         Lebar jembatan (B)                       =  8,5 m
-         Jarak titik buhul (l)                       =  5 m
-         Tinggi jembatan (H)                      =  6,3 m
-         Lebar trotoar                                 =  1 x 1,5 m
-         Bahan rangka jembatan                 =  Baja US40
-         Letak Lantai Kendaraan                           =  di bawah
-         Bahan lantai kendaraan                 =  Beton Bertulang
-         Profil gelagar bawah dan atas       = 14″ WF 14 × 16 (446x416x39,24x62,69)
-         Profil gelagar memanjang = 450 x 240 x 10 x 12                            
-         Profil gelagar melintang                = 750 x 360 x 14 x 20
-         Profil batang diagonal                   = 14″ WF 14 × 16 (446 x 416x39,24 x62,69)
-         Profil ikatan angin melintang        = WF 300 x 200 (292 x 200 x 8 x 12) dan                                                                                                   WF 250 x 250 (250 x 250 x 9 x 14)
-         Profil ikatan angin diagonal          = 200 x 200 x 8 x 12

Klasifikasi Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak
·         Menurut pemakaiannya Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk jembatan untuk jalan raya (highway bridge)
·         Menurut Letak lantai kendaraan, letak lantai kendaraan pada Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk Through Bridge yaitu jembatan dengan posisi lantai kendaraan yang terletak pada bagian bawah dari batang-batang atau gelagar-gelagar pemikul, sehingga di atas lantai kendaraan (lalu lintas) terdapat ikatan-ikatan melintang atau bagian-bagian dari batang pemikul.
Jembatan ini juga merupakan jembatan permanen, dimana lantai kendaraan dibuat dari beton mutu K300, sedangkan gelagar melintang dan gelagar memanjang dari profil baja, disebut juga jembatan komposit maksudnya ialah jembatan balok dengan pelat yang merupakan kombinasi antara gelagar baja dengan pelat lantai beton bertulang. Dengan demikian, Gelagar Baja bekerja sama dengan pelat beton bertulang untuk memikul beban. Profil baja adalah sesuatu bahan yang sangat kuat untuk memikul gaya tarik. Di pihak lain, beton adalah sesuatu bahan yang sangat ideal dan cukup kuat untuk memikul gaya tekan. Bagian bawah penampang  balok komposit mengalami gaya tarik dan bagian atasnya mengalami gaya tekan.
·         Menurut macam-macam gelagar utama, gelagar utama pada Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk Truss Bridge yaitu  jembatan yang mempunyai gelagar utama yang terdiri dari suatu susunan rangka batang (truss). Bentuk gelagarnya yaitu gelagar trapesium tanpa rangka vertikal
·         Menurut kondisi tumpuan, kondisi tumpuan pada Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk Continius bridge yaitu jembatan ini mempunyai lebih dari satu bentang, dan gelagar utamanya menerus di atas beberapa tumpuan.
Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak merupakan jembatan gelagar (balok) menerus di atas beberapa buah tumpuan dimana jembatan balok yang cukup panjang tetapi menumpu di atas dua buah tumpuan. Dengan demikian, konstruksi jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak adalah sebuah konstruksi statis tak tertentu, menggunakan sistem dengan pilar-pilar penyangga, dimana akan diperoleh keuntungan sebagai berikut :
1)      Dimensi gelagar lebih kecil sehingga jembatan menjadi lebih ringan.
2)      Situasi pembebanan di atas jembatan , antar pilar dengan pilar lainnya, saling mempengaruhi. Arrtinya, pembebanan pada suatub bentangan berpengaruh pada bentangan lainnya.
·         Menurut macam sambungannya, macam sambungannya pada Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk sambungan dengan bolt (baut)
·         Menurut daya dukung jembatan, daya dukung jembatan pada Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk Jembatan kelas I yaitu dengan beban 100% beban standar. Hal ini dikarenakan banyak kendaraan berat yang melalui jembatan tersebut
·         Menurut sistem lalu lintas yang melaluinya, Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk Jembatan rangka tertutup dimana lalu lintasnya di bawah ( gelagar melintang di bagian bawah rangka batang utama)
·         Menurut letak dan bentuk dari  rangka batang, Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak termasuk jembatan rangka dengan batang diagonal naik dan turun (gelagar rangka V tanpa rangka vertikal) dimana sebagian batang diagonal, dalam hal ini batang diagonal turun, akan mengalami gaya tarik, dimana batang diagonal naik akan mengalami gaya tekan khususnya akibat beban mati

Bentuk Struktur Jembatan

Tampak Samping
Tampak Atas

Struktur  Jembatan Rangka Baja Ganteng Pirak
1.      Struktur Atas (Superstructure)
a.       Lantai Kendaraan
Jembatan ini berfungsi untuk lalu lintas kendaraan. Sehingga lantai kendaraannya berupa rel kereta api yang terbuat dari baja dan bantalan rel yang terbuat dari Beton Bertulang .




b.Balok Memanjang

  
Balok memanjang berfungsi untuk menyalurkan beban-beban lantai kendaraan (beban mati dan beban hidup) ke balok melintang.. Jembatan ini memiliki dua gelagar memanjang yang terbuat dari profil 450 x 240 x 10 x 12. Pada jembatan ini, bantalan relnya diikatkan/diletakkan langsung pada balok memanjangnya.
                   
c.Balok Melintang
Balok melintang memikul beban-beban melalui gelagar memanjang dan menyalurkannya ke rangka batang. Pada jembatan ini, gelagar melintang tersebut terbuat dari plate girder, yakni susunan plat sedemikian rupa sehingga membentuk profil baru (pada umumnya berbentuk I). Gelagar melintang tersebut diletakkan segaris dengan batang vertikal rangka batang induk.



d. Ikatan Angin
Pada jembatan Ganteng Pirak ini terdapat ikatan angin atas. Ikatan angin berfungsi untuk menyalurkan gaya angin kepada perletakan. Beban angin tersebut bekerja di titik-titik simpul. Jembatan ini memiliki ikatan angin yang terbuat dari profil siku WF 300 x 200 (292 x 200 x 8 x 12) dan WF 250x250(250x250x9x14) mm dan dibuat berbentuk K. Keuntungan Ikaran Angin Bentuk K adalah statika konstruksinya yang merupakan kostruksi statis tertentu. Batang-batangnya harus dapat memikul gaya tarik, dengan demikian, batang-batang diagonal harus didimensi terhadap gaya tekan. Ikatan angin pada gambar ini berjarak 5 m antar ikatan angin.

e.. Ikatan Tumbuk
Ikatan tumbuk berfungsi sebagai pengaku untuk mengurangi lenturan pada gelagar memanjang akibat gaya horisontal yang diakibatkan oleh roda kereta api. Ikatan tumbuk pada jembatan ini terbuat dari baja siku 450 x 240 x 10 x 12 yang diletakkan di antara gelagar memanjang dengan batang diagonal.

.

f. Rangka Batang Induk
a) Rangka diagonal                                                                                            
Rangka batang diagonal pada jembatan ini terbuat dari baja double canal 14″ WF 14 × 16 (446 x 416 x 39,24 x 62,69). Masing-masing baja canal tersebut disambung dengan menggunakan plat dan paku keling di 4 titik dalam satu bentang. Plat dan baut tersebut berfungsi agar beban aksial yang bekerja pada batang tersebut terbagi dua merata ke masing- masing baja canal.

b) Rangka tepi atas
Rangka tepi atas pada jembatan ini terbuat dari baja double canal 14″ WF 14 × 16 (446 x 416 x 39,24 x 62,69).Pada saat jembatan tersebut menerima beban lalu lintas, batang tepi atas menerima gaya aksial tekan. Gaya aksial tekan tersebut paling besar terletak pada tengah bentang jembatan. Sehingga pada rangka tepi atas bagian tengah bentang dibuat penebalan profil.


c)  Rangka tepi bawah
Rangka tepi bawah dari jembatan ini terbuat dari baja double canal 14″ WF 14 × 16 (446 x 416 x 39,24 x 62,69).Karena rangka tepi bawah menerima gaya tarik saja, sehingga tidak dibutuhkan penebalan profil sama seperti rangka tepi atas.

g. Pengaku / stiffner
Hubungan antara rangka batang diagonal dengan balok melintang harus dibuat sekaku mungkin. Untuk itu dibuat pengaku/stiffner untuk menjaga kekakuan melintang dari jembatan tersebut. Pengaku pada jembatan ini tersusun dari plat dan profil baja double siku 85 x 95 mm.

*      Sambungan balok memanjang-balok melintang terdiri dari baja siku dan baut dimana sisi yang satu dari baja siku disambung pada sisi badan profil balok memanjang dan sisi yang lain dari baja siku tersebut disambung ke sisi badan profil balok melintang.
Sambungan balok melintang-rangka batang utama
Menggunakan baja siku dan baut dimana sisi yang satu dari baja siku disambung ke badan dari balok melintang dan sisi yang lain disambung ke batang diagonal dari rangka batang utama.


2.      Stuktur Bawah (Substructure)
                  Struktur bawah jembatan Ganteng Pirak (Ganteng Pirak Bridge) terdiri dari abutment, dua buah pilar, dan pondasinya yaitu pondasi tiang pancang.





Daftar Pustaka
1.      Oentoeng. 2004. Konstruksi Baja. Andi. Yogyakarta.
2.      Pasaribu, M. Patar. 1997. Konstruksi Baja Jembatan Rangka Gantung. Bin Harun. Medan.
3.      Supriyadi, Bambang. 2000. Jembatan. ISBN. Yogyakarta.